Ciri Kebahasaan Novel Sejarah

5 min read Jun 29, 2024
Ciri Kebahasaan Novel Sejarah

Menjelajahi Jejak Masa Lalu: Ciri Kebahasaan Novel Sejarah

Novel sejarah, seperti namanya, adalah genre sastra yang mengisahkan peristiwa masa lampau. Kisahnya mungkin terinspirasi dari catatan sejarah, tokoh nyata, atau bahkan mitos yang melekat di suatu masa. Namun, apa yang membedakannya dari sekadar narasi sejarah? Jawabannya terletak pada ciri kebahasaan yang khas.

1. Bahasa yang "Berumur":

Novel sejarah berusaha menghadirkan atmosfer masa lampau, sehingga bahasa yang digunakan pun cenderung "berumur." Ini bisa dilakukan dengan:

  • Penggunaan dialek dan kosakata lama: Bayangkan dialog tokoh di zaman kerajaan, tentu berbeda dengan bahasa sehari-hari sekarang. Contohnya, penggunaan kata "permaisuri" daripada "ratu," atau frasa "saudara kandung" daripada "kakak."
  • Struktur kalimat yang khas: Penulis sering kali menggunakan kalimat yang lebih panjang dan rumit, meniru gaya bahasa zaman dahulu.
  • Penggunaan frasa dan idiom lama: "Bertepuk sebelah tangan," "bagai pinang dibelah dua," atau "sabar menanti bunga bersemi" adalah contoh frasa dan idiom yang mungkin digunakan dalam novel sejarah.

2. Narasi Bersifat Historis:

Novel sejarah bukan sekadar dongeng. Cerita yang dibangun harus bersifat historis, meskipun bisa dibumbui dengan imajinasi.

  • Mencerminkan kondisi sosial budaya: Penulis harus memahami dan menggambarkan dengan tepat kondisi sosial, budaya, politik, dan ekonomi pada masa yang digambarkan.
  • Menggunakan fakta sejarah: Fakta sejarah seperti nama tokoh, peristiwa penting, dan lokasi harus akurat dan relevan dengan cerita.
  • Memperhatikan detail: Detail kecil seperti pakaian, makanan, dan kebiasaan masyarakat di masa lampau bisa memperkaya narasi dan membangun atmosfer yang kuat.

3. Menampilkan Konflik dan Karakter:

Walaupun berlatar belakang sejarah, novel sejarah tetap memiliki konflik dan karakter yang menarik.

  • Konflik internal: Karakter bisa menghadapi dilema moral, pergumulan batin, atau pertentangan antara nilai masa lampau dan masa kini.
  • Konflik eksternal: Karakter bisa terlibat dalam konflik sosial, politik, atau peperangan yang terjadi pada masa tersebut.
  • Karakter yang kompleks: Tokoh-tokoh dalam novel sejarah, baik nyata maupun fiktif, perlu digambarkan secara kompleks dan realistis.

4. Sudut Pandang yang Beragam:

Novel sejarah bisa ditulis dari berbagai sudut pandang, seperti:

  • Sudut pandang orang pertama: Narator berperan sebagai tokoh utama yang menceritakan kisahnya sendiri.
  • Sudut pandang orang ketiga: Narator bersifat impersonal dan tahu segalanya tentang tokoh dan cerita.
  • Sudut pandang orang ketiga terbatas: Narator mengetahui pikiran dan perasaan satu atau beberapa tokoh tertentu.

Menikmati Perjalanan Waktu

Ciri-ciri kebahasaan ini menjadikan novel sejarah lebih dari sekadar buku cerita. Dengan membaca novel sejarah, kita seolah-olah melakukan perjalanan waktu, merasakan atmosfer masa lampau, dan memahami lebih dalam tentang sejarah manusia.

Sebagai contoh, novel "Bumi Manusia" karya Pramoedya Ananta Toer menggunakan bahasa yang kuat dan menggambarkan kehidupan di masa penjajahan Belanda dengan detail. Novel ini memberikan gambaran yang hidup tentang kehidupan sosial, budaya, dan politik di masa tersebut, sehingga kita bisa merasakan nuansa sejarahnya dengan kuat.

Jadi, saat Anda membaca novel sejarah, perhatikanlah detail bahasa dan narasi yang digunakan. Itulah kunci untuk membuka tabir sejarah dan menikmati pengalaman membaca yang mendalam.